Berbaktilah Kepada Kedua Orang Tuamu

Jika sampean jalan-jalan di dunia maya kemudian singgah di Facebook atau di Instagram atau di Twitter, pastinya akan ada banyak sampah menjijihkan untuk dibuang atau mutiara berharga yang bisa sampean petik. Media sosial yang hari ini umat manusia seolah tidak bisa pisah darinya, jangan terlalu sampaian benci hingga tidak mau memanfaatkannya atau sampaian jadikan pedoman hidup seperti kitab suci yang selalu dibuka dan dilihat melebihi apapun. Jadilah orang yang bijak yang dalam bersosial media, ia memberikan informasi yang menyehatkan jiwa bukan memperkeruhnya.

Salah satu faedah sosial media yang bisa menjadi nutrisi positif untuk otak dan jiwa adalah ketika sampaian melihat gambar-gambar yang mengandung pesan yang mendalam. Saya tidak tahu haru menyebut apa gambar yang semacam ini. Apakah ia karikatur atau bukan, entahlah…

Pernah saya baca bahwa sebuah gambar bisa mengungkapkan ribuan kalimat. Hal inilah yang saya dapatkan ketika melihat gambar-gambar yang memiliki pesan tadi. Dengan satu gambar, ketika sampaian memperhatikan dengan seksama, ternyata ia adalah pesan berharga yang membuat hati kita sesak karena ada nasehat mendalam yang masuk ke sanubari dan hati kita. Seperti pada gambar yang membersamai tulisan ini. Jika boleh saya tafsirkan maknanya, gambar yang terdiri dari tiga orang ini mengatakan dengan sangat keras untuk orang-orang yang melihatnya, “Hormatilah kedua orang tuamu, karena meskipun mereka belum bisa memberikan semua yang kamu minta tapi ketahuilah mereka telah memberikan semua yang mereka punya demi kamu.”

Tentu setiap orang bisa berbeda menafsiri gambar ini. Silahkan saja sampean berbeda pendapat denganku dalam memaknai gambar tersebut.

Tapi yang jelas, kedua gambar ini, ketika saya melihatnya, ia membuatku sadar betapa emak-bapakku telah mengorbankan apapun sesuai kemampuan mereka berdua demi anaknya ini. Tidak hanya anaknya yang ini tapi juga demi saudara-sadaranya juga. Berkat kegigihan dan kesungguhan mereka berdualah kini anaknya dan saudara-saudaranya mengenal Tuhannya dan mau menyembahnya. Saya kita ini adalah presatasi besar yang mereka berdua telah raih bersama.

Dalam meraih prestasi tersebut, mereka berdua mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya. Malam-malam panjang mereka lalui tidak hanya untuk tidur, tapi mereka korbankan kenikmatan itu dengan mengganti kenikmatan lain berupa bermunajat kepada Tuhannya, mencurahkan pahitnya hidup yang harus dihadapi, mendoakan semua anak-anaknya.

Mereka rela lapar agar anaknya kenyang. Mereka lebih memilih untuk tidak membeli barang berharga demi anak-anaknya agar bisa tetap belajar. Apa yang mereka miliki betul-betul diperioritaskan untuk anak-anaknya bukan yang lain.

Jika kedua orang tua sampean masih lengkap, maka maksimalkan dan optimalkan baktimu kepada keduanya. Pintu surga masih terbuka lebar untukmu. Jika pintu surga itu tinggal satu baik tinggal bapak atau emakmu, maka jangan sampai tertinggal baktimu. Mereka tidak butuh lagu atau senandung untuk penghormatan. Senandungkan penghormatan itu dengan bakti dan doa-doa lirih untuk keduanya disetiap saat shalat dan munajatmu. Dan itulah yang membuat mereka menangis bangga karena apa yang merka korbankan demi kamu tidak sia-sia. Kenapa kita harus mendoakan keduanya, karena seperti ucapan salah seorang ulama, “Jika kita ingin mengetahui apakah kita termasuk anak yang shalih atau bukan, lihatalah apakah kita mendoakan keduanya atau tidak. Sebab salah satu amal yang tidak akan pernah putus ketika seorang sudah meninggal, sebagaimana sabda kanjeng Nabi SAW adalah “Waladun shalih yad’u lah”

Allahummaghfirlii WaliwAalidayya Warham Huma kama rabbayaanii Saghiiraa….

Leave a Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *