Abah Muhlas, Hidupnya untuk Ilmu

Entah harus menunggu berapa hari untuk kuat dan bisa menuliskan tentang Beliau. Sejak hari pertama wafatnya aku mencoba untuk menulis tentang Abah, tapi baru bebrapa kalimat langsung dihapus, tidak kuat. Kucoba lagi dan lagi. Tapi setelah sampai satu paragraf kuhapus lagi. Dan seperti itu terus menerus hingga hari kedua ketiga dan akhirnya di hari ke tujuh ini aku mencoba untuk kesekian kalinya menuliskan Beliau dalam rangka menyebut kebaikan-kebaikan Beliau.

Sejak kabar wafatnya tersebar, hampir halaman facebook, IG, status WA dan akun sosial media lainya dipenuhi dengan story para alumni AL Hikmah 2 tentang kesedihan mereka atau tentang kesan mereka terhadap Abah atau sekedar menuliskan doa untuk Abah. Poto dan potongan video Abah berupa pengajian-pengajian juga ikut meramaikan. Setiap kali melihat dan mengikuti status tentang Abah, hati ini selalu sedih. Bahkan sering kali mata ini perih dan dada terasa sesak.

Tidak hanya orang-orang yang berinteraksi dengan Abah saja yang merasa kehilangan, bahkan orang-orang yang tidak mengenalnya secara personal juga ikut merasakan kehilangan tersebut.

Di Cianjur, tempat beberapa alumni MAK kuliah, dari story WA yang beredar, semuanya, pada hari itu seragam mengucapkan bela sungkawa atas wafatnya Abah. Jika yang mengucapkan itu adalah para alumni MAK atau Al Hikmah yang sedang kuliah di sana mungkinntidak mengherankan. Screenshoot status mereka yang oleh Ade Mulyadi dikirim ke aku adalah bukan santri Al Hikmah. Mereka hanya mengetahui Abah lewat santri-santri Abah yang kuliah di Cianjur. Mereka yang belajar di Cianjur ini tidak sedikit dengan prestasi akademiknya menjadikan santri lain mengenal Abah, mereka mengagumi alumni-alumni Al Hikmah. Kekaguman mereka terhadap alumni alhikmah ini yang kemudian mengantarkan mereka pada sosok di balik para alumni Al Hikmah yang belajar di sana. Dari interaksi yang lama itulah akhirnya mereka mengetahui. Tidak lain sosok di balik para alumni MAK yang di Cianjur ini adalah Abah Muhlas, hingga tidak sedikit dari mereka yang akhirnya mengenal Abah.

Selain di Cianjur, para alumni MAK yang berkiprah di dunia kuliahnya yang juga mengharumkan MAK adalah mereka yang melanjutkan studi di Mesir di Al Azahar kampus tertua di dunia. Alumni MAK di sana juga demikian berkiprah dan sangat mewarnai. Hal ini dibuktikan dengan tidak sedikit dari Alumni MAK yang sering mengisi kajian-kajian ilmiyah dan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat akademik dan non akademik yang bersifat ilmiyah.

Di FDI UIN Jakarta, para mutafawwiqin atau mahahiswa/i berprestasinya juga tidak sedikit yang alumni MAK. Bahkan beberapa kali program sandhwitch diikuti oleh alumni MAK yang mana mereka selama satu semester kuliah di Tunisia. Belum lagi prestasi di luar akademik yang dari prestasi-prestasi itu menjadikan MAK lebih dikenal dan membuat orang penasaran, sebenarnya MAK itu sekolah macam apa? karena jika dilihat dari bangunan fisik dan fasilitas MAK, banyak sekolah lain yang lebih bagus dan lebih hebat. Dari sisi biaya, banyak yang lebih mahal. Namun outputnya membuat banyak orang yang kemudian berinteraksi dengan alumninya menjadi bertanya-tanya dan penasaran.

Mereka yang bertanya-tanya itu, mungkin akan terpuaskan dan mendapatkan jawaban kenapa MAK bisa seperti sekarang ini setelah mengenal sosok di balik capaian ini. Tidak lain beliaulah Abah Muhlas rahimahullah.

Beliaulah, [jika boleh saya katakan] arsitek manusia-manusia MAK. Di bawah asuhan dan bimbingan beliaulah santri-santri MAK digembleng dan dididik. Beliaulah tipe kyai yang saya kira susah untuk ditemui padananya.

Beliau bisa menggabungkan dua idealisme keilmuan pesantren yang hari ini banyak santri tidak mampu menyatukannya. Yaitu pemahaman turats dan muasir. Dualisme antara model pembelajaran tradisional dan modern berhasil beliau gabungkan dengan sangat apik.

Begini, mas,,

Sebagai santri salaf, -sebutan untuk kalangan tradisional- penguasaan terhadap pemahaman kitab turats beliau tidak diragukan. Kalimat per kalimat peliau uraikan hingga ke akar-akarnya. Tidak hanya menguraikannya tetapi kemudian bisa menjelaskan dengan bahasa sekarang bahasa orang modern bukan bahasa kitab yang ditulis puluhan bahkan mungkin ratusan tahun yang lalu.

Saya contohkan misalnya, ketika menjelaskan kitab ihya ulumudin karangan hujjatul Islam Imam Ghazali, kita seoalah dibawa oleh beliau sedang duduk di depan Hujjatul Islam yang sedang menerangkan kitab terbaiknya itu. Kita seolah hidup di alam Imam Ghazaly, menyentuh dan menyapa hati kita.

Di kesempatan lain misalnya, ketika beliau membacakan Tafsir Maraghy, beliau menjadi sorang mufasir menggantikan sosok mualif kitab dan menerangkan keindahan isi Al Qur’an, menyuapi kita sesuai dengar porsinya. Pas, tidak kurang tidak lebih. Kita seolah ada di alam lain, alam ruh yang menjadikan hati sangat tenang dan tentram. Kita bisa menjadi begitu mencintai Al Qur’an dan sedikit mengerti kehebatan al qur’an karena penjelasan Abah ini.

Gramtikal Arab, kita juga mendapati beliau seorang yang sangat paham dan pandai dalam ilmu bahasa ini. Konon beliau sudah hafal 1000 bait alfiyah ibnu Malik di umur yang sangat belia. Maka tidak mengherankan kandungan kitab-kitab berbahasa arab bisa beliau baca dan pahami serta bisa pahamkan dan mengikut sertakan orang-orang yang beliau jelaskan tentang isi kitab, keindahan dan ilmu dari kitab tersebut.

Kalau menerangkan sejarah Nabi SAW dan sejarah Islam secara umum, kita dapati beliau adalah orang yang paling terdepan dalam fan ini. Coba saja sampean duduk dan dengarkan penjelasan beliau tentang kejadian ifki misalnya, atau tentang perang badar atau peristiwa-peristiwa yang terjadi di zaman Bani Umayah atau Bani Abasiyah atau Bani Utsman atau tentang Perang Salib atau tentang Mongol yang sangat bengis. Kita akan merasakan seolah kita sedang menonoto layar lebar sebuah film dokumenter. Tidak hanya paparan sejarah saja namun beliau menjabarkan pelajaran dan ibrah yang kita dapatkan dari kejadian-kejadian tersebut. Bahkan di beberapa episode, beliau bisa mengantarkan kita pada tangis kesedihan atau perasaan gagah betapa umat Islam pernah mengalami puncak kejayaan dan menjadi poslisi dunia. Memimpin dunia.

Jika beliau berbicara tentang sastra, kita akan dapati beliau menjadi sastrawan. Bait-bait berbahasa arab bisa keluar dari mulut mulia beliau. Tidak hanya untuk dirinya, keindahan itu bisa beliau tularkan pada orang-orang di sekitarnya yang mendengarkan penjelasan beliau. Kita bisa ikut kasmaran menjadi bucin karena penjelasan beliau.

Fikih adalah landasan dan dasar dari keilmuwan Islam yang beliau kuasai. Sehingga tentang fan ini cukuplah bagi kita, bahwa beliau lulusan Al Azhar cairo Fakultas Syariah Islamiyah jurusan Ekonomi Islam bahkan salah satu lulusan terbaik di zamannya dulu. Dari kitab mubtadi yang paling kecil sampai kitab-kitab muntahi beliau pahami dengan baik dan bisa memahamkan santrinya.

Capaian beliau ini tentu tidak didapat dengan berleha-leha. Prestasi ini beliau raih dengan kerja keras dan ketekunan dengan gigih. Semua yang beliau kerjakan patut dan harusnya kita bisa mencontohnya. Kecintaan beliau dalam membaca buku adalah nomor wahid. Tidak hanya buku-buku fikih atau tafsir atau hadist atau akidah yang beliau baca. Keilmuwan yang ini sudah beliau kokohkan sehingga bacaan beliau melampau tema ekonomi, politik, budaya dan teknologi. Beliau betul-betul representasi dari orang yang secara fisiknya kuat, akhlaknya baik, wawasannya luas, akidahnya lurus dan ibadahnya mantap. Beliau adalah role model untuk muslim modern.

Coba saja jika kita ngobrol dengan belaiu. Tema apa saja yang berkaitan dengan keilmuwan pasti akan sangat nyambung. Sering kali kita dan pasti akan terkagum-kagum dengan wawasan beliau. Bahkan di MAK beliau mengajar kelas tarjamah yang materi ajarnya adalah koran berbahasa arab. Maka istilah-istilah perpolitikan seperti rekonsiliasi, revolusi, koalisi, konspirasi, komunis, kapitalis dan istilah-istilah lain yang tidak mungkin kita dapatkan di kitab-kitab kuning pesantren kita dapatkan dari pelajaran tarjamah berasama Abah. Kita diajak Abah untuk menjadi individu-individu yang lurus akidahnya, luas wawasanya, lempeng akhlaknya dan sehat fisiknya. Beliau adalah manusia ensiklopik islam yang dalam bahasa arab disebut rajulun mausuiyun [رجل موسوعي]

Kini setelah engkau tiada, kami akan sangat susah menemukan penggantimu di hati kami, Abah. Semoga illmu yang kami dapatkan bisa mengantarkan kami menjadi insan-insan cendekia yang salih lagi muslih yang engkau banggakan. Maafkan kami jika belum bisa menjadi santri yang membuatmu bangga.

Saya tidak pede mengaku santri dekatmu meskipun di MAK kita sering bertemu dan berinteraksi. Biarkan cinta ini menjadi bekal kelak di akherat nanti. Aku, santrimu yang masih jauh dari kata ilmu ini dikumpulkan bersamamu karena seperti sabda Kanjeng Nabi SAW, [المرأ مع من أحب ] engkau akan dikumpulkan bersama dengan orang yang engkau cintai. dan aku mencintaimu karena Allah, Abah

Leave a Reply

2 Komentar


  1. رحمه الله رحمة واسعة

    Balas

    1. آميين يا رب العالمين

      Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *