Ikhsan Fakih

Namanya memang demikian yang dalam benak kita orang Indonesia, pasti ia adalah orang laki-laki. Namun nyatanya ia seorang penulis wanita yang sangat produktif yang akun twitternya memiliki follower sangat banyak. Dia bukan penulis novel atau cerita meskipun ia sering bercerita dalam tulisan-tulisannya. Saya mulai mengenalnya bahkan kalau boleh, saya mulai berhubungan dengan dia sejak beberapa akun twitter yang saya follow me-retweet kicauan-kicauannya dengan tidak hanya satu dua kali, tapi berkali-kali. Dan setiap saya melihat kicauannya, selalu ada hal baru dan itu yang membawaku mengenalinya. Dan sejak saat itu mulailah hubunganku dnegannya berjalan. Tentu hubungan ini hanya satu arah, dia mana mungkin mengenaliku.

Seperti biasanya, ketika ada sebuah kalimat yang menurutku menarik, aku akan mengesave kalimat tersebut di otakku. Karena daya tampung hafalanku tidak sekuat Imam Bukhari atau para ulama lainya, kutitipkan kalimat indah itu di HPku dan kukoloksi dengan kalimat-kalimat indah lainya. Harapanya tentu barangkali suatu saat aku membutuhkannya.

Seperti kali ini misalnya. Aku yang berusaha untuk istiqamah menulis setiap hari, ketika bingung konten apa yang hendak kutulis, terpikirlah untuk menuliskan atau menjelaskan makna dari kalimat indah yang kupunya dari media sosial yang sering kukunjungi dan kudatangi.

Beberap waktu yang lalu, Ihsan Fakih menuliskan dalam akun twitternya begini,

يوم دخل هولاكو بغداد، قتل العلماء والتجار والقضاة وقال لجنوده لا تقتلوا المعستصم، حتى يدلّنا على كنوزه ودلّهم المستعصم على مخابئ الذهب والنفائس الثمينة في داخل وخارج قصوره ومنها ما كان يستحيل أن يصل إليه المغول بدونه! فقال له هولاكو: لو كنت أعطيت هذا المال لجنودك لكانوا حموك مني

yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa kita, seperti ini bunyinya:

pada hari ketika holakokan masuk ke baghdad, dia membunuh para ulama, para pedagang, para hakim, dan dia berkata kepada pasukannya, “Jangan kalian bunuh Musta’sim sampai dia menjunjukan kepada kita di mana harta simpanannya” Musta’sim menunjukan kepada meraka harta simpanannya berupa emas dan harta berharga lainnya yang tersimpan di dalam dan di luar istana yang Mongol tidak mungkin bisa mencpai harta simpanan tersebut kalau tidak ditunjukan langsung oleh Musta’sim sang khalifah. Holakokan berkata pada Musta’sim, “Seandaianya kau berikan harta ini kepada pasukanmu dan rakyatmu, pasti mereka akan melindungimu dari seranganku!”

Bagi yang paham atau tahu sejarah Bangsa Tatar/ Mongol, kalimat tersebut tentu memiliki makna yang sangat mendalam. Terutama tentang keadilan seorang pemimpin yang jika betul-betul bisa berlaku adil sudah barang tentu dicintai rakyatnya. Mereka pasti akan rela berkorban demi rajanya atau khalifahnya. Namun jika kekayaan yang ia punya hanya ditumpuk untuk dirinya sendiri dan kepentingan perutnya, maka kewibawaan dan kehormatan di kalangan rakyatnya akan hilang.

Penyerangan Tatar atau Mongol adalah cerita pilu yang pernah dialami umat Islam. Merekalah yang menghancurkan dan menutup kekhilafahan Abasiyah yang berdiri lebih dari lima abad. Di tangan mereka, Khalifah terakir Abasiyah dibunuh dengan begitu menjijihkan dan penuh kehinaan. Bahkan waktu itu, umat Islam mempersilahkan leher mereka untuk dipenggal dan dibunuh oleh tentara Tatar. Kehinaan yang begitu menyakitkan manakala kita membaca kisah yang terjadi pada abad ketujuh jijriyah tersebut.

Siapa itu Tatar dan bagaimana ia tumbuh, serta kenapa bisa menguasai dunia pada waktu itu? terus siapakah yang berhasil mengalahkan bangsa Tatar? Bagaimana persiapan menaklukan pasukan yang waktu itu ditakuti oleh seluruh orang di dunia, bahkan kalimat Tatar pada waktu itu adalah jaminan aman bagi yang mau tunduk dan merupakan neraka bagi yang membangkang. Tulisn selanjutnya insya Allah akan bercerita tentang Tatar,

Semoga Allah karuniakan taufiq untuk menuliskannya…

Leave a Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *