Masih Tentang Abah

Menjadi salah satu Pembina MAK adalah suatu kehormatan sekaligus beban. Atau dalam Bahasa Arab disebut tasyrif dan taklif. Kehormatan ini diperoleh karena kita memang satu kapal dengan beliau dalam bahtera bernama MAK. Beliau sebagai ‘nahkoda’ sering kali mengendalikan dan mengarahkan kemana tujuan dari perjalanan panjang ini. Beliau menjelaskan tentang rute perjalanan yang harus ditempuh, tentang jarak yang harus dilalui dan tentang bekal apa saja yang harus disiapkan untuk sampai dengan selamat di dermaga tujuan. Selama perjalanan yang kami ikuti ini, banyak sekali pelajaran yang kami dapatkan dari sosok Beliau. Dari sikap tegasnya kami belajar betapa Beliau adalah orang yang serius dan tidak suka banyak bercanda apalagi yang berkaitan dengan ilmu agama. Beliau orang yang paling cemburu ketika ilmu ditelantarkan dan dikucilkan. Kitab-kitab yang berserakan di jendela-jendela yang tidak mau dibawa pulang ke kamar, seringkali menjadi sebab kemarahannya.

Ketika mendengarkan pelajaran yang beliau sampaikan, kita seolah dibawa ke alam lain. Kita mendapati kedamaian dan ketentraman hati. Adem dan sejuk. Iman betul-betul terasa naik. Hati bisa betul-betul merasakan ketundukan kepada Gusti Allah. Beliau bisa mengantarkan rasa yang susah lisan ini untuk mengungkapkan dan mengekspresikannya.

Dari kepintaran dan kealimannya kita mengetahui bahwa beliau adalah orang yang masa mudanya betul-betul digunakan dengan ngoyo dan rakus untuk ilmu. Entah berapa buku dan kitab yang telah beliau habiskan. Entah berapa ribu halaman buku dan kitab yang beliau baca. Yang jelas kita bisa mendapatinya sebagi ensiklopedi Islam yang berjalan. Beliau hafal qur’an meskipun tidak disebut al hafidz sebgaimana kebiasaan banyak orang yang hafal qur’an. Ketika menjadi khatib jum’at, para jamaah diajak untuk merenung dan bermuhasabah menilai kembali hubungannya dengan Gusti Allah. Mengajak untuk memperbagus dan mempercantik prilaku kita kepadaNya. Jama’ah yang pulang dari shalat jum’at seolah menjadi makhluk baru yang penuh semangat dan antusias dalam menjalani hidup. Yang lalai menjadi ingat, yang loyo menjadi semangat. Khutbah yang Abah sampaikan betul-betul menjadi charger iman yang mengokohkan dan menguatkan ruh untuk bisa menghadapi hiruk pikuk dunia yang semakin hedonis dan materialis.

Perjalanan panjang ini harus dilanjutkan

Kini ketika nahkoda itu telah pergi, kita yang dalam satu bahtera ini mau tidak mau, suka tidak suka harus bisa melanjutkan perjalanan mengarungi samudera dan semampu kita untuk bisa berlabuh di dermaga tujuan. Berbekal dari ilmu yang beliau ajarkan, kini dalam bahtera ini, masing-masing penghuninya dituntut untuk berperan menjadi sosok Beliau dalam menyampaikan amanah ilmu.

Beliau yang satu, kini terpecah menjadi Beliau-belaiu yang banyak dengan berbagai tipikal. Para penghuni bahtera ini tidak atau belum ada yang bisa menyamainya. Pengaruh beliau inilah yang sekarang menjelma dalam murid-muridnya. Di antara mereka ada yang terpengaruh dalam ilmu fikihnya. Di antara mereka ada yang mengambil ilmu ngajinya dalam memaknai kitab. Di antara mereka ada yang bisa meniru ilmu sejarahnya. Di antara mereka ada yang bisa menjelaskan pelajaran seperti Beliau. Di antara mereka ada yang meniru cara khutbahnya. Dan ilmu yang tadinya mewujud dalam diri seorang Abah kini terpencar pada murid-muridnya yang mereka meskipun hanya meniru satu fan ilmu yang beliau kuasai, belum mampu untuk menyamainya. Iya, para muridnya belum ada yang bisa menyamainya meski hanya mengambil sedikit dari salah satu fan yang beliau kuasai. Karena untuk menjadi sosok ensiklopedik seperti beliau memang tidaklah mudah. Tetapi ini tidaklah apa-apa. Sebagaimana dikatakan oleh orang padang pasir :

فتشبهوا إن لم تكونوا مثلهم ###### إن التشبه بالكرام فلاح

Sekuat apapun muridnya berusaha meniru Beliau, menurutku untuk saat ini belum ada yang mampu. Namun insya Allah berusaha meniru beliau adalah keberuntungan. Dan dari masing-masing fan yang tersebar pada diri para muridnya ini insya Allah kelak akan lahir sosok-sosok seperti Beliau.

Seperti ini penjelasannya, Mas..

Abah yang sendirian itu kini ilmunya telah tersebar meski terpisah-pisah pada jiwa murid-muridnya. Ada yang mengambil sejarahnya, fikihnya, tauhidnya, tafsirnya, hadistnya dan yang lainnya. Nah, kelak para muridnya ini jika bisa bersatu padu dan bersinergi, tidak menutup kemungkinan akan melahirkan sosok-sosok baru seperti beliau. Gima sih njelasinya? aduuh…

Atau beginilah,,,

Abah punya murid yang masing-masing murid tentunya berbeda-beda kecondongannya dong. Ada yang suka fikih, ada yang suka tarikh, ada yang suka nahwu sharaf, ada yang suka tafsir dan yang lainnya. Yang mereka, ketika kemudian berawal dari kecintaan terhadap sosok Abah ini sangat berharap untuk menjadi orang yang paham fikih seperti Abah, orang yang paham tarikh seperti Abah, orang yang paham tafsir seperti Abah dan seterusnya. Nah mereka tetap belum mampu mengumpulkan semua fan yang Abah kuasai. Paling mungkin hanya beberapa saja. Tapi tetap tidak sekomplit Abah.

Nah, mungkin ketika mereka-mereka para murid Abah yang mewarisi darah keilmuan Abah meski hanya satu fan ini berkumpul dalam satu lembaga, maka akan lahirlah anak didik-anak didik yang bisa menjadi sosok Abah dalam keilmuannya. Karena pada hakekatnya, apa yang mereka ajarkan adalah apa yang dulu mereka dapatkan dari Abah kemudian dikembangkan lagi dan akhirnya disampaikan lagi kepada generasi selanjutnya.

Intinya, genetikal keilmuwan Abah untuk generasi pertama saya rasa tidak ada yang bisa menyamai. Tapi di generasi kedua dan selanjutnya insya Allah akan ada yang bisa dengan catatan generasi murid yang langsung diajar oleh Abah ini bersatu dalam satu lembaga untuk menciptakan manusia-manusia dengan role model Abah yang 14 tahun hafal alfiyah, yang ketika s1 hafal alqur’an, yang hafal berbagai syi’ir arab, yang wawasan umumnya sangat luas.

Semoga Allah mengampuni Abah dan mengumpulkannya bersama orang-orang yang Abah rindukan, bersama nabiyyin, sidiqin, syuhada dan shalihin, Amiiin,,, (Bersambung….)

Leave a Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *